Intiation
atau biasa yang disebut start-up adalah salah satu bagian dari static analysis
yang harus dikerjakan dalam perhitngan pipeline installation. Initiation adalah
tahap awal dalam instalasi pipeline, dimana joint pertama pipe mulai
dikerjakan. Proses ini dimulai dari pengelasan initiation head ke pipe joint,
lalu dilanjutkan dengan penyambungan joint per joint sampe initiation head berada
di ujung (atau sedikit keluar) stinger, kemudian proses welding berhenti
sejenak untuk dilakukan penyambungan initiation cable/wire dari DMA atau jacket
leg (tergantung metode yang dipakai). Setelah proses tersebut selesai, proses
welding dilanjutkan kembali, satu persatu joint mulai bertambah perlahan-lahan
sampai initiation head berada di atas seabed. Proses initiation ini biasa
diakhiri bila sudah ada 1-2 pipe joints di atas sebaed. Selanjutnya dilanjutkan
dengan normal lay biasa.
Untuk pipe initiation biasanya ada 3 macam cara yang dipakai:
- DMA (Dead Man Anchor) method
- Holdback method (pakai jacket leg)
- Bowstring method
Hold Back Cable Philosophy
Pada
prinsipnya DMA dan holdback hampir sama yaitu sama2 menggunakan cable yang
terikat pada satu tumpuan/penahan kemudian disambungkan ke intiation head.
Mungkin kalo DMA memakai seperti concrete blok yang ditaruh di atas sebaed atau
bisa juga pile yang ditanam di sebaed, sedangkan kalau holdback biasa memakan
jacket leg sebagai penahannya, jadi harus dihitung juga berapa beban maksimal
yang bisa ditahan oleh jacket leg tersebut.
Initiation
analysis sangat bisa dilakukan dengan bantuan software OFFPIPE tentunya.
Prinsipnya disini kita memodelkan pipe, initiation head dan cable. Kemudian
model dibuat step by step sesuai dengan penambahan pipe joint. Jadi akan
beberapa case yang akan di run dalam satu analysis yang tergantung dari berapa
banyak penambahan pipe joint yang akan dimodelkan. Case terakhir adalah kondisi
dimana sudah ada 1-2 joint di atas seabed. Initiation head dan cable akan
dimodelkan sama dalan setiap case sedangkan pipe dimodelkan berbeda pada setiap
case tergantung berapa pipe joint yang di pay-out.
Sebagai
contoh, case-1 biasa kita asumsi initiation head sudah berada di ujung stinger,
katakanlah 10 pipe joint@12.2m sudah bisa membuat initiation head berada pada
posisi tersebut. Panjang initation cable 50m dan intiation head 10m, jadi kita
bisa modelkan sebagai berikut:
- Row=1 adalah pipe dengan L=122m (10 joints)
- Row=2 adalah initition head dengan L=10m (OD dan WT mengikuti pipe biasa tp dengan weight yang beda)
- Row=3 adalah cable dengan L=50m
Case-2,
jika kita akan membuat model per penambahan 1 joint maka case-2 adalah 11
joints pipe, sehingga modelnya:
- Row=1 adalah pipe dengan L=134.2m (11 joints)
- Row=2 adalah initition head dengan L=10m
- Row=3 adalah cable dengan L=50m
Case-3,
ada penambahan 1 joint lagi maka case-3 adalah 12 joints pipe, sehingga
modelnya:
- Row=1 adalah pipe dengan L=146.4m (12 joints)
- Row=2 adalah initition head dengan L=10m
- Row=3 adalah cable dengan L=50m
Dan
begitulah seterusnya sampai kondisi 1-2 pipe joints berada di atas seabed. Jadi
kita hanya bermain dengan penambahan panjang pipe di setiap casenya.
DMA Philosophy
Setelah
paham sama prinsip proses intiation dan prinsip modeling nya lalu kita beralih
ke masalah tension yang biasa kita apply di tiap case. Tension yang dipakai
idealnya cukup membentuk sebuah curvature pipeline yang smooth sehingga
stress/strain pada pipeline masih within the allowable. Setiap pipeliner
mempunyai cara sendiri2 untuk menentukan besaran tension ini. Sebagian dari
mereka bisa memodelkan besaran tensioan yang berbeda-beda dalam setiap
case/step (sebut saja metode-1), mulai dari tension kecil dan berangsur2
naik (contoh dari 5 ton sampai terakhir 20 ton). Tapi ada beberapa juga yang
mendifine hanya memakai 1 besaran tension (metode-2), misalnya 20 ton, maka
dari awal sampai akhir proses initiation tensionnya tetap 20 ton. Semuanya bisa
dilakukan asalkan stress/strain pipe tetap masih dibawah batas maksimalnya.
Sedangkan metode-3, tension adalah sebagai output di OFFPIPE bukan sebagai
input, sedangkan yang dimodelkan adalah pergerakan barge nya dengan
mempertahankan bentuk catenary dari S-shape pipeline (pakai command FIXITIES).
Selain
itu kita juga harus memperhatikan pergerakan barge. Barge movement ini biasanya
sebanding dengan pipe pay-out. Jadi ketika ada penambahan 1 joint (12.2m)
maka barge akan bergerak maju kurang lebih hampir sama dengan jumlah itu.
Ingat, pergerakan barge (kenyataannya) akan mempengaruhi besaran tension.
Ketika barge maju maka seakan-akan barge akan menarik pipa (pipe under tension)
sehingga menaikkan tension di pipa. Sehingga, dalam initiation report sangat
diharuskan mencantumkan pergerakan barge dan pipe pay-out per case. Untuk
metode-1 dan metode-2 biasanya kita tidak memodelkan pergerakan barge di
OFFPIPE (barge offset) sehingga pergerakan barge dapat diperoleh dengan mencari
selisih antara koordinat touch down point (TDP) case-1 dan case-2, lalu case-2
dan case-3 dan seterusnya.
Dalam
moetode-3 kita memodelkan pergerakan barge di OFFPIPE, biasa yang kita modelkan
adalah pergerakan barge ke arah x positif. Jadi kita input X-offset nya. Untuk
melakukan metode ini perlu kita run 1 case dulu sebagai acuan bentuk catenary
pipenya, kita modelkan tanpa pergerakan barge (offset=0) lalu apply tension
untuk membentuk caterany tersebut (misalnya 20 ton) lalu RUN. Kemudian kita
liat outputnya, lalu ambil 2-3 node setelah TDP untuk kita FIX-kan untuk case
selanjutnya. Selanjutnya kita hanya bermain dengan pipe pay-out dan offset
barge. Ketika kita masukan offset barge terlalu besar maka kita akan
mendapatkan output tension yang besar juga. Dan sebaliknya, jika offset barge
yang kita masukkan kecil, maka output tension juga akan kecil. Menurut saya
pribadi, metode-3 ini lebih merepresentasikan kenyataan di lapangan dimana
pergerakan barge mempengaruhi besaran tension di pipa. Dan juga kita bisa
mendapatkan langsung besaran barge movement tanpa mencari selisih dari TDP
karena barge movement adalah input dalam pemodelan ini.
Berikut
ini adalah contoh inputan OFFPIPE untuk intiation sequence dengan menggunakan
metode-2, apply tension yang sama untuk semua case dan method-3.
Method-2 Ilustration
Method-3 Ilustration
Setelah
proses analisa selesai kita diwajibkan membuat tabel yang berisi
langkah-langkah pengerjaan intiation. Tabel ini akan kita kasih selanjutkan ke
orang2 offshore sebagai panduan mereka melakukan initiation. Tabel ini harus
mudah dimengerti dan diaplikasikan di offshore.
Berikut
ini contoh initiation table.
Initiation Laying Table